Rabu, 15 April 2015

Tips Tetap Prima Saat Mendaki

Biar Staminamu Tetap Prima Saat Mendaki, Jangan Lupa Lakukan 8 Hal Ini!

Bagi para pendaki, melangkahkan kaki menuju puncak-puncak tertinggi adalah saat-saat yang menyenangkan sekaligus mendebarkan. Meski melelahkan, naik gunung memang selalu membuat rindu. Tapi, mendaki gunung juga punya risikonya sendiri. Antara lain, sejumlah penyakit bisa saja mengintaimu tanpa kamu sadari, mulai dari yang ringan sampai yang mematikan.
Nah, biar perjalananmu ke puncak sana aman dan lancar, kamu perlu melakukan hal-hal berikut untuk mencegah penyakit menghampirimu saat mendaki. Apa aja? Yuk, simak bersama.

1. Saat mendaki, tubuhmu melakukan aktivitas fisik yang membuatnya kekurangan cairan. Cegah dehidrasi dengan minum cukup air sepanjang perjalanan



Pendakian merupakan aktivitas fisik yang membakar kalori, sehingga bikin kita berkeringat. Sekalipun udaranya dingin, tanpa sadar tahu-tahu baju kaos kita basah, ‘kan? Nah, keringat akibat aktivitas fisik ini bisa memicu terjadinya dehidrasi alias kekurangan cairan tubuh, yang gejalanya antara lain kerongkongan kering, bibir pecah-pecah, pusing, kram, sampai berhenti berkeringat.
Jika dibiarkan, dehidrasi bisa berakibat fatal. Sayangnya, masih banyak pendaki yang mengabaikan hal ini. Jika biasanya kamu minum 2 liter air per hari, saat mendaki setidaknya kamu mesti minum air sekitar 6-8 liter perhari untuk menjaga kadar cairan dalam tubuh. Jadi, jangan lupa bawa air minum yang cukup selama pendakian.
Selain air mineral, minuman isotonik juga bisa membantu mengembalikan cairan tubuhmu lebih cepat. Sedang minuman hangat macam kopi atau coklat panas cuma boleh kamu minum saat sudah mendirikan tenda dan hendak beristirahat. Jika diminum sepanjang perjalanan, kopi dan cokelat justru bisa membuat proses dehidrasimu berjalan lebih cepat.

2. Berolahraga rutin dan melakukan peregangan sebelum dan sesudah mendaki akan membantu ototmu pulih lebih cepat dan terhindar dari kram



Seperti olahraga lainnya, jika kamu langsung mendaki tanpa pemanasan, tubuh bakal “kaget”. Ujung-ujungnya, otot-ototmu bisa mengalami kaku, pegal, dan kram yang bisa mengganggu pendakian. Untuk mengantisipasi hal ini, sebaiknya kamu berolahraga rutin jauh-jauh hari sebelum melakukan pendakian. Selain itu, melakukan pemanasan sebelum mulai mendaki—terutama di bagian sendi— bisa membantu mencegah terkilir atau keseleo.
Kamu juga wajib memperhatikan barang bawaanmu agar tidak berlebihan sehingga tidak membebani ototmu terlalu berat. Oh iya, sebelum tidur di dalam tenda maupun di rumah usai mendaki, lakukan juga peregangan ringan untuk melemaskan kembali otot-ototmu yang mengencang selama perjalanan. Dijamin kamu terbebas dari pegal dan kram, tidurmu juga lebih enak.

3. Saat mendaki di siang hari, pastikan kulitmu terlindung dari sinar ultraviolet yang mengancam



Sinar matahari memang baik untuk tubuh. Namun, udara yang dingin di pegunungan seringkali membuat pendaki abai dengan kondisi kulitnya saat mendaki di siang hari. Meski udaranya dingin, tanpa disadari kamu gampang terpapar sinar ultraviolet yang bisa membakar kulitmu.
Nah, biar kulitmu gak perih terbakar, gunakan topi serta pakaian yang tertutup agar matahari tidak langsung mengenai kulit. Selalu sediakan tabir surya dan berjalanlah di tempat yang teduh kalau memungkinkan. Kamu juga bisa melindungi bibirmu dari pecah-pecah dengan lip balm yang mengandung tabir surya.

4. Cuaca buruk dan dinginnya udara gunung bisa menimbulkan hipotermia. Pastikan persiapanmu cukup memadai untuk mencegahnya


Gak bisa dipungkiri jika dinginnya udara di atas gunung serta cuaca buruk bisa menjadi masalah bagi pendaki. Apa jadinya jika hujan yang tiba-tiba bikin bajumu basah di tengah udara dingin yang menyergap? Atau, ketika tanpa sadar bajumu basah karena keringat. Bisa-bisa kamu masuk angin, bahkan sampai hipotermia.
Untuk menghindari hipotermia yang mengintaimu selama mendaki, sebaiknya kamu menyiapkan beberapa persiapan:
  • Beberapa hari sebelum mendaki, cobalah simulasikan udara gunung di rumahmu. Bisa dengan mengeset AC ke suhu yang rendah, menggunakan kipas angin, atau tidur di ubin. Jangan melawan hawa dingin yang menyergap, anggap aja itu suhu normal. Lama-lama, tubuhmu akan terbiasa.
  • Saat mulai mendaki, jangan buru-buru mengenakan pakaian hangat atau berlapis-lapis. Biarkan dulu tubuhmu menyesuaikan diri dengan udara gunung betulan.
  • Hindari menggunakan kaos berbahan katun sebagai layer pertama. Meski udara dingin, saat mendaki kamu akan tetap berkeringat. Kaos yang basah akan mudah memerangkap udara dingin; kamu bisa semakin rentan terkena hipotermia. Pilih kaos berbahan polyester yang mudah menguapkan keringat.
  • Bawa pakaian ganti secukupnya. Kalau bajumu basah karena hujan atau keringat, sebaiknya segera ganti dengan kering. Selain itu, jangan lupa bawa jaket dan sleeping bag yang dilapisi polaratau bulu angsa yang efektif memerangkap panas.
  • Siapkan poncho dan plas chamois. Pastikan poncho atau fly sheetberada di tempat yang mudah dijangkau agar sewaktu-waktu bisa kamu manfaatkan sebagai bivak darurat yang melindungimu dari hujan. Plas chamois bisa kamu gunakan untuk mengeringkan pakaianmu yang basah. Lebih jelasnya baca aja “Tips Mendaki di Musim Hujan“.

5. Agar rasa lelah dan kedinginan tidak mendekat, konsumsi makanan sehat dan buah-buahan selama pendakian


Saat melakukan pendakian, tubuhmu membakar kalori lebih dari biasanya. Untuk menjaga tubuhmu tetap hangat dan memulihkan rasa lelah lebih cepat, tubuhmu butuh lebih dari sekadar mie instan yang cuma bikin kenyang. Pastikan makananmu seimbang gizinya dengan membawa bahan makanan yang tak cuma satu macam. Beberapa makanan yang pantas kamu bawa di atas gunung sudah pernah Hipwee bahas, kok.
Untuk cemilan, ada baiknya kamu membawa buah-buahan. Buah seperti pisang mengandung karbohidrat kompleks yang bisa diserap tubuh secara bertahap. Sebagian pendaki suka membawa gula merah sebagai sumber kalori. Sayangnya, karbohidrat sederhana yang dikandung gula merah terlalu cepat diubah menjadi sumber tenaga, sehingga kurang bisa diandalkan untuk jangka panjang.
Kalau perlu, kamu juga bisa mengkonsumsi multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuhmu selama mendaki.

6. Jangan bernafsu segera mencapai puncak. Nikmati perjalananmu pelan-pelan biar gak mengalami mountain sickness


Saat mendaki, secara fisiologis tubuhmu melakukan penyesuaian atau yang dikenal dengan sebutan aklimatisasi. Hal ini sangat diperlukan, apalagi jika kamu mendaki di atas ketinggian 2.500 meter dpl karena kondisi tekanan udara dan kadar oksigennya jauh berbeda dengan di dataran rendah.
Jangan anggap remeh aklimatisasi. Jika tubuhmu gak melakukan aklimatisasi dengan sempurna, bisa-bisa kamu terkena penyakitmountain sickness atau altitude sickness di atas gunung. Gejalanya mulai dari mual, pusing, hilang nafsu makan, lemas, sampai sesak napas. Kalau dibiarkan, penderitanya bisa kehilangan nyawa, lho.
Untuk mencegahnya, jangan terburu nafsu untuk mendaki ke puncak meski tubuhmu kuat. Lakukan pendakian tidak lebih dari ketinggian 300m tiap harinya biar tubuhmu bisa menyesuaikan diri dengan baik.

7. Tubuh manusia berbeda-beda keadaannya. Kenali kondisi tubuhmu sendiri dan selalu bawa obat-obatan pribadi serta P3k

Kamulah yang paling memahami kondisi tubuhmu sendiri. Misalnya, apa aja alergimu, seberapa sensitif dirimu, gampang kena anemia atau nggak, dan sebagainya. Biar pendakianmu nyaman, jangan andalkan orang lain untuk menyediakan obat-obatan buatmu. Pastikan obat-obatan yang kamu perlukan ada di dalam tasmu. Jangan lupa bawa serta kotak P3K mungil untuk berjaga-jaga siapa tahu ada pendaki yang membutuhkan.

8. Terakhir, jangan lupa memanjatkan sebait doa pada Yang Maha Kuasa untuk melindungimu sepanjang tapak dihela


Sebelum memulai pendakian, sebait doa adalah hal yang tak boleh kamu abaikan. Memang sih, hal ini sulit dibuktikan secara ilmiah. Tapi, doa bisa membantu pikiranmu berada di keadaan yang positif yang sanggup mensugesti tubuh kamu untuk tetap berada dalam keadaan baik, seperti halnya efek plasebo. Jadi, gak ada salahnya, ‘kan, memohon perlindungan-Nya selama mendaki?

Itulah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah penyakit-penyakit yang mengintai selama mendaki gunung. Eh, kalau kamu punya tips lainnya, jangan lupa dibagikan ke pembaca lainnya, ya. Salam lestari!

Rabu, 08 April 2015

Jalur Pendakian Gunung Lawu Via Cemoro Sewu



Mt Lawu - Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 mdpl. Termasuk 5 Gunung tertinggi dipulau Jawa terletak di Pulau Jawa , Indonesia, yaitu di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tepatnya di Karang Anyar, Wonogiri Jawa Tengah, dan Magetan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api yang istirahat, karena sudah lama tidak aktif. Dilereng Lawu masih ada yang mengeluarkan uap air dan juga belerang.Dikawasan Lawu terdapat beberapa kawasan hutan seperti : hutan Dipterokarp Bukithutan Dipterokarp Atashutan Montane, dan hutan Ericaceous.
Ada beberapa jalur pendakian untuk mencapai puncak Lawu, antara lain adalah Jalur Cemoro Kandang (terletak di kecamatan Tawangmangu, Jateng), Jalur Cemoro Sewu (terletak di Sarangan, kecamatan Plaosan, Jatim), dan Jalur Cetho (kecamatan Karanganyar). Basecamp di Cemoro Sewu terkenal kecil namun halamannya luas. Di basecamp sudah masuk dalam wilayah yang dingin jadi persiapkan pakaian hangat sejak dari awal. Di sekitaran basecamp juga banyak pemukiman warga dan banyak pula fasilitas umum seperti masjid, WC, warung makan dan lainnya. 
                                                Gapura Pendakian Gunung Lawu

PETA JALUR PENDAKIAN VIA CEMORO SEWU


Sekilas Via Cemoro Sewu

Pendakian melalui Cemoro Sewu akan melewati 5 Pos. Jalur melalui Cemoro sewu lebih menanjak. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat dari pada lewat jalur Cemoro kandang. Pendakian melalui Cemoro Sewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata sampai di Pos 4, penataan bebatuan di sepanjang jalur cemoro sewu ini dilakukan oleh swadaya masyarakat dan kabarnya penataan tersebut memakan waktu selama kurang lebih 3 bulan.
Setelah mengurus ijin pendakian kami memasuki pintu gerbang cemoro sewu sesuai dengan namanya seribu pohon cemara, yang di kanan kiri jalan dipenuhi hijau dan segarnya pohon cemara dan pinus. Perjalanan dari Basecamp menuju Pos 1 memerlukan waktu 1 jam jalan normal. Kondisi fisik jalur pendakian berbatu dan sangat jelas, melalui perkebunan penduduk dan hutan pinus. 

Pos 1 di ketinggian 2.100 Mdpl

Sebelum tiba di Pos 1 kita akan melewati 1 pondok kayu (pos bayangan) di kiri jalur dan 1 Pondok Sendang Panguripan di kanan jalur. Jalur ini juga disertai dengan tangga-tangga setapak dari bebatuan. Pos 1 adalah pondok cukup panjang yang cukup untuk kapasitas 2-3 tenda, selain itu terdapat 3 warung di kanan dan kiri jalur. 
                                                                   Pos 1

Menuju Pos 2 jalur melewati batu-batuan dengan kemiringan yang cukup tajam. Kita akan melewati tempat yang dianggap keramat yakni Watu Jago, sebuah batu besar yang bentuknya menyerupai ayam jago. 

Pos 2 di ketinggian 2.300 Mdpl

Kondisi fisik jalur Cemoro Sewu bisa dikategorikan membosankan, selain bebatuan yang tiada akhir, jalur ini juga tidak disertai dengan pemandangan yang menarik terlebih musim kemarau tanaman sedikit mengering, Akan tetapi ketika mendekati Pos 2 mata kita akan disajikan pemandangan menarik di dinding-dinding perbukitan akan tampak beragam lukisan dan ukiran alam terbentang. Waktu tempuh normal Pos 1 ke Pos 2 (2300 mdpl) adalah 1 jam 30 menit merupakan jarak terpanjang di jalur ini, bangunan pondok beratap seng adalah titik hentinya. Disekitar Pos 2 terdapat 2 lahan yang dapat digunakan untuk membangun tenda.
                                                                        Pos 2

Pos 3 di ketinggian 2.500 Mdpl

Perjalanan dari Pos 2 menuju Pos 3 medan yang dilalui mulai berat dengan trek yang lumayan panjang, bebatuan tajam dan tanjakan siap menghajar tanpa ampun sama sekali, sepertinya ini trek yang paling panjang sekaligus melelahkan karena tanjakan demi tanjakan tanpa ada habisnya dan harus selalu mengawasi dimana kakimu berpijak karena bebatuan lancip dan tidak rata ,salah injak bisa keseleo/cedera. Jarak tempuh dari pos 2 ke pos 3 sekitar 60 menit perjalanan. Kamipun disambut penghuni gunung berupa burung seperti burung jalak yang begitu bersahabat. Pos 3 ditandai dengan bangunan pondok dengan kondisi fisik yang sama dengan pondok pos lainnya. Berdasarkan mitos yang tersebar sangat tidak direkomendasikan untuk camp di pos ini karena merupakan pos ter-angker yang ada di Gunung Lawu. Hal ini bisa dijelaskan secara logis, larangan untuk tidak bermalam di Pos 3 dikarenakan kandungan sulfur di pos ini adalah yang tertinggi, terutama pada malam hari. Saat malam konsentrasi sulfur yang dikeluarkan kawah bertambah, sehingga membahayakan pendaki.
Pos 3

Pos 4 di ketinggian 2.800 Mdpl

Pos 4 trek yang dilalui semakin berat jalan bebatuan menanjak yang curam dengan kemiringan benar-benar siap menguras tenaga. Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 menghabiskan waktu sekitar 60 menit, sebelum tiba di pos 4 jalur pendakian menjadi tangga berbatu dengan kanan dan kiri disertai dengan besi sebagai pegangan. Dan beberapa tangga serta besi pegangan telah rusak dimakan usia. Pos 4 hanya lahan kecil berbatu kapur yang hanya cukup 1 tenda, namun sangat tidak direkomendasikan karena berbahaya jika badai. Agak keatas sedikit dari Pos 4 ada tanah sedikit lapang kekanan arah jurang, disitulah kami mendirikan 2 tenda.
                                                                       Pos 4

Pos 5 di ketinggian 3000mdpl(Pos Terakhir)

Pos V atau Pos Sumur Jolotundo, terletak di Goa Jolotundo, salah satu tempat yang di anggap keramat di Gunung Lawu. Di dalamnya terdapat sumber air sangat bersih,namun untuk mengakses ke dasar goa lumayan sulit karena selain gelap juga licin dan jauh ke bawah. Menurut Mbok Yem, jika air di sendang Drajat sedang surut, beliau dan orang-orang sekitar mengambil air dari sumur Jolotundo ini. Dari Pos V kita lanjutkan perjalanan agak sedikit menurun kemudian sedikit menanjak melingkari bukit yang disekelilingnya terdapat padang ilalang dan edelweis untuk mencapai Sendang Drajad, disana terdapat Warung lain selain mbok Yem, dulunya warung ini kecil namun sekarang sudah dibangun cukup luas dan bisa menampung banyak orang yang menginap. Disini juga terdapat sebuah mata air yang dinamakan Sendang Drajad, yang juga merupakan salah satu sumber mata air yang di keramatkan oleh masyarakat, disampingnya juga telah dibangun sebuah bangunan untuk bermeditasi/berdoa.
                                                              Sendang Derajat
                                                        Pemandangan dari Pos 5

Dari Sendang Drajat ke Hargo Dalem/Argo Dalem dapat dicapai selama kurang lebih 15 menit. Disini, di Hargo Dalem, tempat yang tersedia sebuah restaurant. Teng teng. " Warung Mbok Yem", merupakan Salah satu warung yang terkenal di Gunung Lawu. Warung yang tebuat dari hamparan terpal seluas 15x10 meter ini mampu menampung 100 orang pendaki. Disini tak usah khawatir kalu kekurangan logistik, semua jenis makanan ada disini, dari nasi pecel, nasi sayur, dll tersedia. Tempat yang juga sangat membantu untuk memenuhi logistik yang habis.
Didalam warung ini Kita bisa numpang tidur. Didalam mampu menampung hingga 100 pendaki.
                                                    Warung Puncak Lawu
                                           Pemandangan dari atas di malam hari

Dari Mbok Yem jalan lurus, akan ada persimpangan ke tiga arah, yakni ke arah Hargo Dalem (Petilasan Prabu Brawijaya), ke Cemoro Kandang, dan ke Hargo Dumilah. Ambillah jalur yang menuju ke rah puncak Hargo Dumilah. Arahnya hampir serong ke Cemoro Kandang, namun jelas mengarah ke Hargo Dumilah. Lanjut ke Pawon Sewu dapat dicapai kurang lebih 5 menitan juga melalui jalur bebatuan dan lumayan gersang.Konon katanya tempat ini merupakan dapur umumnya pengikut Raja Brawijaya. Dan kata pawon berarti adalah dapur (jawa), dan sewu adalah seribu. Dari Pos V ke puncak kurang dari 30 menit an. Dengan jalur yang menanjak dan sampailah di puncak.

                                                          Puncak Gunung Lawu

Selain Matahari terbit, bila kita memandang ke arah barat, akan tampak puncak Gunung Merapi dan Merbabu, dan arah timur akan terlihat puncak Gunung Kelud, Butak dan Wilis, sedangkan ke arah selatan tampak samudera Indonesia tergelar dengan indahnya. Benar-benar megah,agung sekaligus Sungguh besar Anugrah dari Sang Pecipta ( Allah Ta’ala )

INFORMASI GUNUNG LAWU

Nama: Gunung Lawu
Ketinggian: 3.265 mdpl
Lokasi: Magetan, Tawangmangu, Cemorosewu
Tipe: Gunung berapi stratovolcano
Letusan terakhir: 1885
Spot alam: Sendang “sumber air”, bukit, kawasan pohon seribu cemara
Sumber air: Sendang Panguripan, Sendang Drajat, Hargo Dalem, Telaga Kuning, Sumur Jalatundo
Flora: Cemara, Puspa, Kipres, Tristania,Pohon: acasia decurent, Mlandingan gunung,Tristania,Edelweis
Fauna: babi hutan dan Kijang, Jalak Gading “Jalak Lawu”,
Hutan: hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous
Kondisi: udara dingin, kabut, hutan cemara, trek batu, ada pemukiman di puncak, sendang, bukit, tempat semedi
Wisata setempat: Wisata Tawangmangu, Air terjun Grojogansewu, telaga kuning dan Danau Sarangan, ada juga tempat ziarah Astana giribangun, Astana Girilayu, Astana Mangadeg
Candi: Candi Sukuh, Candi Cetho
Jalur pendakian:

1. Jalur Cemoro Kandang (Tawangmangu)
2. Jalur Cemoro Sewu (Sarangan)
Puncak: Hargo Dalem (3170 mdpl), Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah (3265 mdpl)
Pemandangan dari puncak: G. Arjuno, Welirang, Merapi, Merbabu, Semeru
Sendang: Sendang Panguripan, Sendang Drajat, Sendang Macan
Mitos: Gunung Lawu merupakan petilasan Raden Brawijaya (Raja Majapahit). Gunung Lawu awalnya adalah di bawah air laut
Kismis (Kisah misteri): konon gunung Lawu dulunya adalah tempat pelarian dan persembunyian. Menurut kisa banyak sekali sebenarnya kuburan-kuburan atau petilasan mayat yang terkubur di gunung Lawu. Jika ada pendaki seloyongan atau berbuat mengganggu maka akan mendapat gangguan dari penunggu gunung Lawu.
Ritual: setiap malam tanggal satu suro puncaknya kunjungan orang untuk ritual/semedi