Biar
Staminamu Tetap Prima Saat Mendaki, Jangan Lupa Lakukan 8 Hal Ini!
Bagi para pendaki, melangkahkan
kaki menuju puncak-puncak tertinggi adalah saat-saat yang menyenangkan
sekaligus mendebarkan. Meski melelahkan, naik gunung memang selalu
membuat rindu. Tapi,
mendaki gunung juga punya risikonya sendiri. Antara lain, sejumlah
penyakit bisa saja mengintaimu tanpa kamu sadari, mulai dari yang ringan
sampai yang mematikan.
Nah, biar
perjalananmu ke puncak sana aman dan lancar, kamu perlu melakukan hal-hal
berikut untuk mencegah penyakit menghampirimu saat mendaki. Apa aja? Yuk, simak
bersama.
1. Saat mendaki, tubuhmu
melakukan aktivitas fisik yang membuatnya kekurangan cairan. Cegah dehidrasi
dengan minum cukup air sepanjang perjalanan
Pendakian merupakan aktivitas
fisik yang membakar kalori, sehingga bikin kita berkeringat. Sekalipun udaranya
dingin, tanpa sadar tahu-tahu baju kaos kita basah, ‘kan? Nah, keringat akibat
aktivitas fisik ini bisa memicu terjadinya dehidrasi alias kekurangan cairan
tubuh, yang gejalanya antara lain kerongkongan kering, bibir pecah-pecah,
pusing, kram, sampai berhenti berkeringat.
Jika
dibiarkan, dehidrasi bisa berakibat fatal. Sayangnya, masih banyak pendaki yang
mengabaikan hal ini. Jika biasanya kamu minum 2 liter air per
hari, saat mendaki setidaknya kamu mesti minum air sekitar 6-8 liter
perhari untuk menjaga kadar cairan dalam tubuh. Jadi, jangan lupa bawa air
minum yang cukup selama pendakian.
Selain air
mineral, minuman isotonik juga bisa membantu mengembalikan cairan tubuhmu lebih
cepat. Sedang minuman hangat macam kopi atau coklat panas cuma boleh kamu minum
saat sudah mendirikan tenda dan hendak beristirahat. Jika diminum sepanjang
perjalanan, kopi dan cokelat justru bisa membuat proses dehidrasimu berjalan
lebih cepat.
2. Berolahraga rutin dan
melakukan peregangan sebelum dan sesudah mendaki akan membantu ototmu pulih
lebih cepat dan terhindar dari kram
Seperti olahraga lainnya, jika
kamu langsung mendaki tanpa pemanasan, tubuh bakal “kaget”. Ujung-ujungnya,
otot-ototmu bisa mengalami kaku, pegal, dan kram yang bisa mengganggu
pendakian. Untuk mengantisipasi hal ini, sebaiknya kamu berolahraga rutin jauh-jauh
hari sebelum melakukan pendakian. Selain itu, melakukan pemanasan sebelum mulai
mendaki—terutama di bagian sendi— bisa membantu mencegah terkilir atau keseleo.
Kamu juga
wajib memperhatikan barang bawaanmu agar tidak berlebihan sehingga tidak
membebani ototmu terlalu berat. Oh iya, sebelum tidur di dalam tenda
maupun di rumah usai mendaki, lakukan juga peregangan ringan untuk melemaskan
kembali otot-ototmu yang mengencang selama perjalanan. Dijamin kamu terbebas
dari pegal dan kram, tidurmu juga lebih enak.
3. Saat mendaki di siang hari,
pastikan kulitmu terlindung dari sinar ultraviolet yang mengancam
Sinar matahari memang baik untuk
tubuh. Namun, udara yang dingin di pegunungan seringkali membuat pendaki abai
dengan kondisi kulitnya saat mendaki di siang hari. Meski udaranya dingin,
tanpa disadari kamu gampang terpapar sinar ultraviolet yang bisa membakar
kulitmu.
Nah, biar
kulitmu gak perih terbakar, gunakan topi serta pakaian yang tertutup agar
matahari tidak langsung mengenai kulit. Selalu sediakan tabir surya dan
berjalanlah di tempat yang teduh kalau memungkinkan. Kamu juga bisa melindungi
bibirmu dari pecah-pecah dengan lip
balm yang mengandung
tabir surya.
4. Cuaca buruk dan dinginnya
udara gunung bisa menimbulkan hipotermia. Pastikan persiapanmu cukup memadai
untuk mencegahnya
Gak bisa dipungkiri jika dinginnya
udara di atas gunung serta cuaca buruk bisa menjadi masalah bagi pendaki. Apa
jadinya jika hujan yang tiba-tiba bikin bajumu basah di tengah udara dingin
yang menyergap? Atau, ketika tanpa sadar bajumu basah karena keringat.
Bisa-bisa kamu masuk angin, bahkan sampai hipotermia.
Untuk
menghindari hipotermia yang mengintaimu selama mendaki, sebaiknya kamu
menyiapkan beberapa persiapan:
- Beberapa
hari sebelum mendaki, cobalah simulasikan udara gunung di rumahmu. Bisa
dengan mengeset AC ke suhu yang rendah, menggunakan kipas angin, atau
tidur di ubin. Jangan melawan hawa dingin yang menyergap, anggap aja itu
suhu normal. Lama-lama, tubuhmu akan terbiasa.
- Saat
mulai mendaki, jangan buru-buru mengenakan pakaian hangat atau
berlapis-lapis. Biarkan dulu tubuhmu menyesuaikan diri dengan udara gunung
betulan.
- Hindari
menggunakan kaos berbahan katun sebagai layer pertama. Meski udara dingin,
saat mendaki kamu akan tetap berkeringat. Kaos yang basah akan mudah
memerangkap udara dingin; kamu bisa semakin rentan terkena hipotermia.
Pilih kaos berbahan polyester yang mudah menguapkan keringat.
- Bawa
pakaian ganti secukupnya. Kalau bajumu basah karena hujan atau keringat,
sebaiknya segera ganti dengan kering. Selain itu, jangan lupa bawa jaket
dan sleeping bag yang
dilapisi polaratau bulu angsa
yang efektif memerangkap panas.
- Siapkan poncho dan plas chamois. Pastikan poncho atau fly sheetberada di tempat yang mudah dijangkau agar sewaktu-waktu bisa kamu manfaatkan sebagai bivak darurat yang melindungimu dari hujan. Plas chamois bisa kamu gunakan untuk mengeringkan pakaianmu yang basah. Lebih jelasnya baca aja “Tips Mendaki di Musim Hujan“.
5. Agar rasa lelah dan
kedinginan tidak mendekat, konsumsi makanan sehat dan buah-buahan selama
pendakian
Saat melakukan pendakian, tubuhmu
membakar kalori lebih dari biasanya. Untuk menjaga tubuhmu tetap hangat dan memulihkan
rasa lelah lebih cepat, tubuhmu butuh lebih dari sekadar mie instan yang cuma
bikin kenyang. Pastikan makananmu seimbang gizinya dengan membawa bahan makanan
yang tak cuma satu macam. Beberapa makanan yang pantas kamu bawa di atas
gunung sudah pernah
Hipwee bahas, kok.
Untuk cemilan,
ada baiknya kamu membawa buah-buahan. Buah seperti pisang mengandung
karbohidrat kompleks yang bisa diserap tubuh secara bertahap. Sebagian pendaki
suka membawa gula merah sebagai sumber kalori. Sayangnya, karbohidrat sederhana
yang dikandung gula merah terlalu cepat diubah menjadi sumber tenaga, sehingga
kurang bisa diandalkan untuk jangka panjang.
Kalau
perlu, kamu juga bisa mengkonsumsi multivitamin untuk meningkatkan daya tahan
tubuhmu selama mendaki.
6. Jangan bernafsu segera
mencapai puncak. Nikmati perjalananmu pelan-pelan biar gak mengalami mountain sickness
Saat mendaki, secara fisiologis
tubuhmu melakukan penyesuaian atau yang dikenal dengan sebutan aklimatisasi.
Hal ini sangat diperlukan, apalagi jika kamu mendaki di atas ketinggian 2.500
meter dpl karena kondisi tekanan udara dan kadar oksigennya jauh berbeda dengan
di dataran rendah.
Jangan
anggap remeh aklimatisasi. Jika tubuhmu gak melakukan aklimatisasi dengan
sempurna, bisa-bisa kamu terkena penyakitmountain sickness atau altitude
sickness di atas
gunung. Gejalanya mulai dari mual, pusing, hilang nafsu makan, lemas, sampai
sesak napas. Kalau dibiarkan, penderitanya bisa kehilangan nyawa, lho.
Untuk
mencegahnya, jangan terburu nafsu untuk mendaki ke puncak meski tubuhmu kuat.
Lakukan pendakian tidak lebih dari ketinggian 300m tiap harinya biar
tubuhmu bisa menyesuaikan diri dengan baik.
7. Tubuh manusia berbeda-beda
keadaannya. Kenali kondisi tubuhmu sendiri dan selalu bawa obat-obatan pribadi
serta P3k
Kamulah yang paling memahami kondisi tubuhmu sendiri. Misalnya, apa aja
alergimu, seberapa sensitif dirimu, gampang kena anemia atau nggak, dan
sebagainya. Biar pendakianmu nyaman, jangan andalkan orang lain untuk
menyediakan obat-obatan buatmu. Pastikan obat-obatan yang kamu perlukan ada di
dalam tasmu. Jangan lupa bawa serta kotak P3K mungil untuk berjaga-jaga siapa
tahu ada pendaki yang membutuhkan.
8. Terakhir, jangan lupa
memanjatkan sebait doa pada Yang Maha Kuasa untuk melindungimu sepanjang tapak
dihela
Sebelum memulai pendakian, sebait
doa adalah hal yang tak boleh kamu abaikan. Memang sih, hal ini sulit
dibuktikan secara ilmiah. Tapi, doa bisa membantu pikiranmu berada di keadaan
yang positif yang sanggup mensugesti tubuh kamu untuk tetap berada dalam
keadaan baik, seperti halnya efek plasebo. Jadi, gak ada salahnya, ‘kan, memohon
perlindungan-Nya selama mendaki?
Itulah
beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah penyakit-penyakit yang
mengintai selama mendaki gunung. Eh, kalau kamu punya tips lainnya, jangan lupa
dibagikan ke pembaca lainnya, ya. Salam lestari!